Minggu, September 20, 2009

Mohon Maaf Lahir dan Bathin

KEPADA KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT:
KAMI DARI PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI' BAITURRAHIM MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA 'IDUL FITRI 1 SYAWAL 1430 H MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN. SEMOGA AMAL KITA SELAMA BULAN PUASA DITERIMA OLEH ALLAH SWT DAN DOSA-DOSA KITA DIAMPUNI.AMIN YA ROBBAL'ALAMIN

Selasa, September 15, 2009

Apa yang paling... di dunia ini?


Suatu hari Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya, lalu Imam al-Ghozali bertanya kepada murid-muridnya tersebut :

1. Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...? Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman dan kerabat, Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua itu benar, tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "KEMATIAN". Sebab itu sudah janji Allah swt bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Ali Imran 185), lalu Imam al-Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua.

2. Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...? Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari dan bintang. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan benar, tetapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Sebab bagaimanapun, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

3. Apa yang paling besar di dunia ini...? Murid-muridnya menjawab gunung, bumi, matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam al-Ghazali, tetapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (al-A'raf 179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai membawa kita ke neraka.

4. Apa yang paling berat di dunia...? Murid-muridnya ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban kalian benar kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" (al-Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung dan Malaikat semua tidak mampu ketika Allah swt meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah swt, sehingga banyak dari mereka yang masuk ke dalam neraka karena tidak bisa memegang amanahnya.

5. Apa yang paling ringan di dunia ini...? Murid-muridnya ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "MENINGGALKAN SHaLAT". Karena kesibukan dan pekerjaan, manusia dapat meninggalkan shalat.

6. Apakah yang paling tajam di dunia ini...? Murid-muridnya menjawab serentak, Pedang.… "Benar!" kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" karena dengan lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan perasaan saudaranya sendiri.


Rabu, September 09, 2009

PENGUNJUNG TERAKHIR

 
Sungguh! Ia tak datang karena haus akan hartamu, karena ingin ikut nimbrung makan, minum bersamamu, meminta bantuanmu untuk membayar hutangnya, memintamu memberikan rekomendasi kepada seseorang atau untuk memuluskan upaya yang tidak mampu ia lakukan sendiri.!! Pengunjung ini datang untuk misi penting dan terbatas serta dalam masalah terbatas. Kamu dan keluargamu bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak akan mampu menolaknya dalam merealisasikan misinya tersebut!

Kalau pun kamu tinggal di istana-istana yang menjulang, berlindung di benteng-benteng yang kokoh dan di menara-menara yang kuat, mendapatkan penjagaan dan pengamanan yang super ketat, kamu tidak dapat mencegahnya masuk untuk menemuimu dan menuntaskan urusannya denganmu!!

Untuk menemuimu, ia tidak butuh pintu masuk, izin, dan membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum datang. Ia datang kapan saja waktunya dan dalam kondisi bagaimanapun; dalam kondisimu sedang sibuk ataupun sedang luang, sedang sehat ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya ataupun sedang dalam kondisi melarat, ketika kamu sedang bepergian atau pun tinggal di tempatmu.!!

Saudaraku! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang gampang luluh. Ia tidak bisa terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh jeritanmu dan perantara yang menolongmu. Ia tidak akan memberimu kesempatan untuk mengevaluasi perhitungan-perhitunganmu dan meninjau kembali perkaramu! Kalau pun kamu berusaha memberinya hadiah atau menyogoknya, ia tidak akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak berarti apa-apa baginya dan tidak membuatnya mundur dari tujuannya!

Sungguh! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain! Ia menginginkanmu seutuhnya bukan separoh badanmu! Ia ingin membinasakanmu! Ia ingin kematian dan mencabut nyawamu! Menghancurkan raga dan mematikan tubuhmu! Dia lah malaikat maut!!! Alloh subhanahu wataĆ¢€™ala berfirman, yang artinya: Katakanlah, ˜Malaikat Maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.? (QS: As-Sajadah: 11)


Kamis, September 03, 2009

Kau Ambil Satu Dan Kau Sisakan Satu


Salah seorang tabiin yang bernama Urwah bin Zubair ra terluka salah satu kakinya dan membusuk. Seorang tabib berkata kepadanya, “Kakimu yang membusuk ini harus dipotong”. Mendengar saran seorang tabib itu Urwah bin Zubair pun merasa pasrah.

Ketika tabib itu hendak memotong salah satu dari kakinya yang membusuk, tabib menyarankanya agar ia dibius terlebih dahulu agar tidak merasakan sakit ketika dipotong. Urwah bin Zubair berkata kepada tabib tersebut, “..aku tetap akan merasa kesakitan, lebih baik potonglah kakiku ketika aku sedang shalat, karena jika aku sedang shalat di benakku tak ada apapun kecuali khusyu` di hadapan Sang Ilahi. Maka, jika kau potong kakiku ketika aku shalat, niscaya aku tak akan merasakan sakitnya”.

Ketika Urwah bin Zubair melaksanakan shalat, sang tabib kemudian memotong kakinya dan Urwah bin Zubair pun tak bergerak dan tidak merasa kesakitan. Setelah kakinya dipotong, ia pun pulang kerumahnya dengan sahabat-sahabatnya yang membantunya untuk berjalan. Sesampainya di rumah, ia duduk dan meletakan kakinya yang terpotong di depanya, ia pun memanggil anaknya yang berada di dalam kamar.

Namun anaknya tidak menjawab panggilanya. Urwah bin Zubair merasa heran dan memerintahkan kepada salah seorang sahabatnya untuk melihat anaknya di dalam kamar.

kemudian salah seorang sahabat Urwah masuk ke dalam kamar anaknya dan melihat anaknya telah meninggal karena jatuh dari tangga. Sahabat itu langsung bergegas untuk mengabarkan kepada Urwah apa yang terjadi pada anaknya.

Ketika mendengar anaknya meninggal dunia dan ia pun baru saja mendapat musibah dengan dipotongnya salah satu kakinya, ia tetap bersabar dan menerima seluruh cobaan itu dengan lapang dada dan ikhlas.

Kemudian Urwah bin Zubair mengambil kakinya yang terpotong seraya berkata, “..Ya Allah, Engkau telah mengkaruniaiku dua kaki, dan saat ini telah Kau ambil satu darinya dan Kau sisakan satu darinya, maka aku bersyukur kepada-Mu yang telah mengambil salah satu dari kakiku dan menyisakan satu untukku. Ya Allah.. Engkau telah mengkaruniaiku dua orang anak, dan saat ini telah Kau ambil salah seorang dari mereka, dan Engkau sisakan salah seorang dari mereka, maka aku bersyukur atas anakku yang telah Kau ambil dan yang Kau sisakan”.

Setelah itu Urwah pun membungkus kakinya dan menguburkanya seraya berkata, “..Aku bersyukur kepada Allah SWT, sesungguhnya kaki yang aku kuburkan ini tidak pernah aku gunakan untuk berjalan ke tempat yang dimurkai-Nya”..


Dokumentasi Pelaksanaan Pembangunan sampai tanggal 3 Sept 2009

Pekembangan Pembangunan Masjid Jami Baiturrahim Sampai tanggal 3 September 2009


Pembongkaran Dinding sebelah selatan dan tempat Imam


Pembongkaran Dinding sebelah Utara dan tempat Imam


Pemasangan Kusen Pintu Untuk Ruang Utama Jamaah/Makmum


Proses Pemasangan Bata Untuk Tempat Imam



Pembongkaran dinding sebelah selatan

Lapar Adalah Sifat Kaum Shalihin


Suatu ketika, adalah salah seorang yang sedang berjalan di malam hari melewati rumah-rumah penduduk yang telah lelap dalam tidurnya. Kemudian ia mendengar dari salah satu rumah tersebut tangisan anak kecil.

Ia pun kemudian mencari dari mana arah suara tersebut datang. Ternyata tangisan anak kecil tersebut dari salah satu rumah seorang fakir miskin. Ia kemudian mendekat dan mengetuk pintu rumah tersebut.

Tangisan itu semakin jelas ia dengar. Beberapa saat setelah ia mengetuk pintu, seorang anak kecil yang baru berusia lima tahun membukakan pintu. Ia membuka pintu sambil menangis.

“..apakah kau menangis karena lapar duhai anakku..?” Tanyanya kepada anak kecil tersebut.

Anak kecil itu kemudian menjawab, “..bukan. Aku menangis karena bersyukur kepada Allah. Lapar adalah salah satu sifat orang-orang shalih yang derajatnya dimuliakan oleh Allah swt. Dan aku sangat bersyukur karena diusiaku yang masih kanak-kanak ini dan aku tidak memiliki amalan apapun, namun Allah swt memberikan kepadaku sifat orang yang shalih, yaitu LAPAR..”. (Sumber Raudhatul Musthofa )

Rabu, September 02, 2009

Pohon Apel dan Anak Kecil

Kami memposting dari beberapa situs semoga dengan cerita ini bisa menjadikan iktibar/hikmah bagi kita semua :
Diambil dari Raudhatul Musthofa
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.

Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya."Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel."Aku sedih," kata anak lelaki itu."Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel."Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu."Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Pohon apel itu adalah orang tua kita.

Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Semoga Allah menjadikikan kita anak-anak yang birrul walidayn..